Jumat, 16 Desember 2011

sedang tak baik

Menikah....
menurutku adalah sesuatu yang sangat sakral dan penting, dan itu harus terjadi satu kali dalam seumur hidup. Karena menikah tak hanya ikrar antara dua anak manusia yg dlm kelanjutannya d bilang SAH, tapi lebih dari satu ikatan kuat yang disaksikan oleh Sang Maha Sempurna dengan perantara selembar kertas yang dinamakan buku nikah.
Tapi kata temen, menikah itu hanya membedakan antara halal dan tak halal, jd hanya sebagai simbol sudah bebas d apain aj, gtu..., he2
Ada jg yg bilang, menikah itu untuk menghindari kamtib, hi2, sudah milik sdr g usah takut sama pak hansip....
Atau hanya sebagai perwujudan satu kewajiban sudah terpenuhi, org blg manusia d ciptakan berpasangan, jd hrs cepat2 d temukan, biar g ketuaan... hi2
Parahnya lg kalo hanya untuk menunjukkan pamor, menikah lbh cepat berarti laku, menikah lama brarti g laku, musibah ne...

Semua itu hanya sebagian persepsi yg sering org ungkapkan tentang rumitnya menikah, yg lebih penting bagaimana bisa menjaga ikrar itu sbg sesuatu yg teramat penting, bukan hanya sekedar berikrar setelah itu selesai. Bisa seenaknya mengucapkan talak, spt org yg tak pernah punya rasa beban, sungguh ironi memang, tak menghargai satu bentuk kesakralan, justru menganggapnya itu sbg alat utk menjatuhkan pasangan.
Menikah itu complicated, banyak hal yg awalnya sederhana menjadi tak sederhana, yg tak sederhana menjadi semakin rumit, memaafkan dan minta maaf adalah satu pekerjaan yg teramat sulit, berbicara lantang d anggap nantang, berbicara pelan d kira lemah. Duduk berdampingan utk sekedar sharing, susah d lakukan, mencari kemenangan d setiap diskusi wajb d dapat. Yang ada hanya keinginan untuk d mengerti tanpa hrs bertanya km pengen apa? hik..... atau bekas tangan yg menempel d pipi, kepala, dada dan seluruh tubuh, setiap kali buntu tak mendapat solusi. Periiiihhhh.....
Butuh waktu untuk sekedar saling mengerti bahwa kita pernah saling kenal sebelum ini, atau sekedar mengingat dulu km baik sebelum menikah. Intinya menikah mengubah semuanya......
Dari renungan panjang, mencoba untuk kembali menata puing2 yg hampir berserakan adalah yg terbaik, melepas semua gengsi, ego, kehormatan, penghargaan, dan sekian tetek mbengek hak2 yg hrs d dpt stlh menikah, memohon untuk menarik kembali kata talak yg sudah puluhan kali menampar perasaanku.
Berharap bisa saling koreksi diri, tapi justru alasan untuk semakin merendahkan, menginjak2, dan senyum sinis kemenangan, yg semakin membuat kian tersudut.
Cukup sudah, usai sudah, pengorbanan tak berarti apa2, tapi justru semakin membuat terpuruk. Tak baik tetap bertahan, dalam situasi spt ini, tak d hargai tak d hormati, tak d anggap....
hah.................. andai lelah ini bisa terganti dengan sesuatu...........
sungguh sesuatu....................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar