ceritaku-mu-kita-semua..

Membayangkan utk bertemu sepertinya belum pernah aku lakukan apalagi untuk memikirkan bisa dekat dengannya. Jika mengingat masa lalu yang ada hanya cerita kasih yang tak pernah sampai, bagaimana tidak, sepanjang usia sampai aku resmi menikah , belum pernah sekalipun aku sempat mengenalnya, hanya bisa mengagumi tanpa bisa dicintai. Rasa kagum itu terlahir saat aku masih duduk di kelas 6 SD, masih terlalu belia memang, tapi hingga saat ini aku belum juga mengerti kenapa itu bisa terjadi. Aku masih bisa merasakan dengan jelas getar jantungku setiap kali aku bertemu atau hanya sekedar namanya disebut. Sekedar mencuri pandang pada waktu pelajaran berlangsung itu sudah menjadi kegiatanku setiap hari. Melihatnya tersenyum atau balas melihatku itu sudah cukup membuat aku bahagia. Tapi aku tak pernah tau kenapa, bagaimana rasa itu tiba-tiba hadir.dan aku juga tak  pernah tau bagaimana cara ungkapin semua itu. Yang aku tau aku senang waktu melihatnya atau pada saat teman-teman mengolok kami. Aku ngga pernah bisa lupakan itu.Tapi satu hari dia harus pergi, aku mersa sangat kehilangan, seingatku aku menangis waktu itu, kenapa harus terjadi? Aku masih ingin dekat dengannya, meski hanya mampu menatapnya dari kejauhan, itu sudah lebih dari cukup, setidaknya aku masih bisa mleihatnya setiap hari. Trakhir melihatnya ketika dia berpamitan, berjabat tangan dan saling menatap, andai aku mampu aku akan berkata jangan tinggalkan aku, tapi aku tak mampu. Hanya bisa menatapnya sampai dia menghilang,pergi tanpa sedikitpun kabar.Berikutnya hanya sepi, tak seindah waktu dia masih disini, hanya bangku kosong yang ada setiap kali aku ingiin melihatnya.

Lulus SD itu berarti aku harus berada di tempat yang baru, tempat yang asing bagiku. Teman baru dan kehidupan yang baru, sampai 3 tahun berlalu belum pernah sekalipun aku mendapat kabar darinya, dan tiga tahun pula aku tetap menjaga utuh perasaanku dan sayangku. Dan selama itu aku baru tersadar ternyata aku memang benar-benar telah jatuh cinta. Sekedar mengingat wajahnya ataupun memikirkannya sudah lebih dari cukup bagiku. Aku bahagia, senang, meski aku tak pernah tau seperti apa perasaanmu terhadapku. Aku tak perduli.

Masa Smu semua berawal dari sini, aku tak pernah bayangkan sebelumnya ternyata kami satu sekolah. Dalam hati aku melonjak kegirangan, harapanku tuk dapat dekat dengannya kembali terbuka lebar. Tapi apa? Ketika aku bertemu, tak sedikitpun dia melirikku. Duh gustiii…. Inikah jawaban yang aku tunggu setelah sekian lama. Tak sedikitpun dia melihatku, apalagi tersenyum dan mengahampiriku untuk sekedar berjabat tangan. Luluh lantak rasa hati ini, aku menangis dan hanya biasa menangis. Fin. Itu artinya aku harus membuang segala rasa ini, rasa yang selama ini terjaga utuh, terbungkus rapi jauh direlung hatiku. Atau aku harus menyimpannya rapat-rapat, dan aku harus bangun dari mimpi-mimpikku. Aku bertepuk sebelah tangan Tuhan…. Tak enak dengan posisiku aku mulai berpikir aku harue melupakannya. Kupikir menghadirkan orang lain kan bisa mengobati semua rasa sakit dan kecewa, tapi semua hanya sia. Semakin sakit dan semakin rumit, kurasa aku semakin jauh dari kemungkinan untuk dekat dengannya, hanya sakit yang selalu aku dapatkan, dan aku tak pernah bisa melupakannya.

Lepas SMU semua bencana bermula, aku harus menerima kenyataan bahwa ayahku harus pergi untuk selamanya. Satu pukulan telak bagiku, hidup tanpa orang yang  aku cintai adalah bencana bagiku. Aku mulai limbung, ayah segalanya bagiku, ayah memberi semua yang aku butuhkan, kasih dan semangat hidupnya yang selalu membuat aku tetap bertahan. Tapi kini aku harus menentukan semua sendiri, dan bodohnya aku, aku tak mampu, bahkan untuk menentukan universitas yang aku pilih saja tak mampu. Aku memilih untuk bekerja, dua tahun aku berjuang hidup sendiri tanpa siapapun, aku berharap dari sini aku mampu lebih mandiri dan dewasa, selama itu pula aku menutup akses semua teman-temanku, berharap aku takkan pernah lagi mengingatnya. Tapi smua sia, semakin rapuh aku setiap kali aku teringat, semakin perih kurasakan.

Tahun 2002 aku pulang, mulai semua dari awal,kuliah,menata kembali hati dan kehidupanku yang sempat berserakan. Tanpa cinta dan tanpa orang yang disayang, mencoba dekat dengan orang sungguh bencana bagi hidupku lagi, seminggu sebelum pernikahan, aku harus mengambil keputusan untuk menakhiri semua, setelah kudapati dia tidur dengan temanku sendiri. Ironis, aku harus kembali berurai air mata lagi, dan semua memaksaku untuk kembali mengingatnya, cintaku yang tak pernah terbalas dan selalu membuat aku berpikir andai saat ini aku bersamanya. Semakin perih dan perih, skali lagi aku sakit Tuhan….

 Butuh sejuta keberanian untuk kembali dekat dengan seseorang, hingga akhirnya aku benar2 melabuhkan rasa sayangku pada seseorang. Bagiku membicarakan pernikahan adalah satu bencana besar buatku, aku bisa sakit berhari-hari. Tapi semua harus terjadi ketika seorang ayah yang telah di ambang maut memintaku untuk menikah, ya aku menikah karena sebuah amanat. Kupikir semua itu salah, dan memang benar-benar salah, aku terjebak dalam pernikahan yang salah. Sebelum pernikahan itu benar-benar terjadi, aku berharap bisa menemuinya, paling tidak aku pingin ngungkapin semua perasaanku yang pernah ada, paling tidak aku tak pernah punya rasa yang terpendam, aku tak perduli akan seperti apa jawabmu, aku hanya ingin kamu tau. Tapi semua sia ketika aku tau kamu dekat sama teman kita dulu, aku benci, aku pingin teriak, skali lagi kamu sakiti aku lagi. Tak ada lagi harapan untuk menemuimu untuk sekedar bicara. Aku memutuskan untuk berkata, yes I do, ketika ada yang meminangku. Aku benar-benar milik orang sekarang. Married is go to hell, itu yang kurasakan sepanjang pernikahanku, bulan pertama pernikahanku bukan bahagia yang aku dapat, tapi kata talak yang aku terima, hingga tahun pertama pernikahan akku tak pernah merasakan manisnya hidup, tapi perihnya luka bekas tamparan, pukulan,dan luka perih di hati, puluhan kali dia katakan cerai,puluhan kali pula aku memohon dan meminta untuk kembali memperbaikinya. Aku benar-benar kehilangan kehormatan sebagai perempuan, aku sungguh tak berharga di matanya, bagai sampah aku dihadapannya. Setiap kali rasa sakit dan perih itu terasa, tak bisa d hindari, membuat kesepakatan jauh lebih baik daripada hrs perang setiap waktu. Tapi aku semakin lemah ketika ada janin d rahimku, dan itu tak mengubah apapun, kekerasan tetap terjadi, talak tetap berlangsung,hujan airmata tetap terjadi. Tak mengubah apapun meski telah hadir anak d antara kami, kami tetap punya jalan sendiri2. Tak pernah ada obrolan yg berbobot untuk menghindari peperangan, semata2 hanya untuk menjaga buah hati agar tak terganggu dg ketdknyamanan ini. Semu, bersama tp tak pernah satu, satu bahtera tp berbeda arah, sungguh ironis, untuk mengenang kembali bahwa kita pernah baik2 saja itu sulit, tetap menjadi orang asing dalam kehidupanku. Jd orang yg tak pernah d kenal mesti bertahun2 bersama. Asing sungguh asing....
Saat menangis hanya doa dan setitik penyesalan yg tersirat, maafkan anakmu ayah, jika anakmu ini blm bisa wujudkan mimpimu, ampuni segala salahku ayah, jika nasehatmu untuk yg terakhir tdk menjadi pertimbangan saat aku memutusakan untuk menikah. Ternyata bukan orang yg tepat ayah, dan hanya ayah yg mengerti seperti apa orang yg tepat untukku. Maaf ayah...

Kini, setelah rasa sayang dan cinta itu telah benar2 mati, selalu saja banyak rintangan, datang silih berganti, seolah mereka tau keadaanku, tapi tak satupun yg mammpu membuat aku jd luluh.
Ketika teman sedang bermasalah, sebenarnya tak ingin aku terlibat toh bukan urusanku, tapi dalam hati tak ada salahnya, hanya untuk sekedar tau.
Tapi...
Dari teman kudapatkan akses tuk dapat komunikasi dengannya, kenapa musti dia?
deg......
Terdengar suara d seberang sana, sesuatu yg belum pernah aku bayangkan sebelumnya, aku bicara, sesuatu yg blm pernah kami lakukan, meski bertahun-tahun aku sudah mengikrarkan diri bahawa dia adalah cinta pertamaku, bahagia, sedih, seneng, tak percaya, bercampur jadi satu....
Dan ternyata rasa itu msh bergelayut d relung hati, aku tak bisa berbohong,
Masalah telah berlalu, tp kisah masih bersambung, aku tak bisa dalam sehari tanpa bcr dgnnya, rasa itu semakin tumbuh subur d antara masalah yg kian mengimpit, tapi anehnya, aku tak pernah merasa membagi hati, karena hati ini utuh hanya untukmu... Dan ada dia atau tidak tetap saja kami telah sakit sebelumnya, itu yg membuat kuyakin bukan karena orang lain kami menyerah.
Tuhan cobaan apalagi ini, tak seharusnya aku melibatkan siapapun dlm msl ini, tak juga kamu...
Tapi aku tak mampu, hadirnya mengikis satu persatu rasa sakit, kecewa, dan perih. Mengembalikan kehormatanku sbg perempuan yang telah lm menghilang. Tak pernah marah ketika d tengah kesibukannya aku menanyakan kabarnya atau hanya sekedar say hai... Meski bertahun lamanya tak pernah bertemu aku yakin aku memang merindukannya. Maafkan aku, jika rasa ini mengganggumu, atau mengusikmu, sungguh tak bermaksud bgt, aku hanya ingin jujur tentang rasa ini.
Menanyakan apakah sama perasaannya dgn perasaanku, tak penting rasanya, situasi tlah berubah kini, aku bukan yg dulu lg, andai wkt dapat berputar kembali.....

Hanya sebait doa yang slalu kupanjatkan dalam setiap sujudku,
Tuhan, dalam hening, dalam tangis, dalam sedih, dalam bahagia, slalu sujud syukur yg aku persembahkan, menerima dgn sejuta keiklasan hanya itu yg dapat hambamu lakukan, karena esok hari adalah tetap misteri bagiku, hambamu ini hanya dapat berencana dan berusaha, berusaha melangkah ke arah yg terbaik bagi hidup hambamu ini, kini dalam kebingungan, dalam berjuta masalah yg telah menghimpit, msh ada cinta lama yg tertinggal dalam lubuk hati ini, ijinkan aku untuk tetap menjaganya, meski aku tak tau akan seperti apa akhirnya, jika Tuhan ijinkan beri hambamu jalan yg terbaik, tapi jika cinta itu hanya untuk aku simpan dalam hati, beri hambamu kekuatan untuk tetap menjaganya, dan merelakannya untuk menemukan cinta dalam hidupnya, biarkan aku berhati besar untuk mengucapkan selamat ketika hari itu tiba, tetap menerimanya ini bagian dari cerita hidup yg slama ini jd misteri, setidaknya aku pernah mengungkapkan rasa ini. Tuhan, jika esok aku tak sempat mengatakannya, tolong sampaikan padanya bahwa hingga hari ini dia tak pernah tergantikan... aku sayang dia Tuhan....